Monday, December 13, 2010

***Rabi'ah Adawiyah***

Rabi’ah Adawiyah

dakwatuna.com

Nama lengkapnya adalah
Rabi’ah binti Ismail bin Hasan bin Zaid bin Ali bin
Abi Thalib. la senantiasa dimintai sebuah fatwa
dari beberapa pembesar-pembesar sufi masanya.
Rasa ketakutannya kepada Allah telah
menjadikannya sebagai seorang wanita yang
senantiasa menangis. Ini tampak sekali di saat ia
mendengar seorang laki-laki membaca ayat-ayat
Al-Qur’an yang berhubungan dengan Neraka di
hadapannya, ia langsung berteriak dan
tersungkur karena rasa ketakutannya terhadap api
neraka. la senantiasa melakukan shalat malam
secara penuh. Ketika fajar mulai menjelang, ia
tidur sebentar ditempat shalatnya hingga pagi
tiba.

Pada suatu waktu, datang seorang laki-laki
memberikan uang sebanyak 40 dinar kepadanya.
Ia berkata kepada Rabiah “gunakanlah uang ini
untuk membantu keperluan-keperluanmu.”
Mendengar perkataan itu, Rabiah Adawiyah
menangis. Ia menengadahkan mukanya ke langit,
seraya berkata “Alloh telah mengetahui, bahwa
aku malu meminta barang-barang duniawi
kepada-Nya, padahal Dia lah yang memiliki dunia
ini. Oleh karena itu, bagaimana mungkin aku akan
meminta duniawi kepada orang yang sebenarnya
tak memiliki duniawi itu?.

Air matanya selalu bercucuran di saat mengingat
hari kematian. ia laksana disambar petir di saat
teringat hari kematian itu. Bahkan ia selalu merasa
kaget dan merasa ketakutan sekali di saat terjaga
dari tidurnya. ia seraya berkata “wahai jiwaku!,
berapa lama engkau tertidur dan berapa lama
pula engkau dalam keadaan terjaga?. Aku benar-
benar merasa ketakutan di saat engkau (jiwa)
tertidur dan tak bangun lagi, sehingga yang ada di
hadapanmu hanyalah hari kebangkitan. ”

Salah satu dari kata-kata bijaknya adalah:
“ sembunyikanlah kebaikanmu sebagaimana
engkau selalu menyembunyikan kejelekanmu.” la
berkata: “wahai Robbku, ampunilah
penyelewenganku selama ini, ampunilah aku!. ia
meninggal dunia di Baitul Muqdis pada tahun 135
Hijriyah dengan Umur lebih dari 80 tahun. la
dikafankan di dalam jubahnya sendiri yang
berasal dari anyaman rambut, dan tutup dari kain
bulu yang senantiasa ia gunakan pada saat shalat
malam. Ini semua adalah karena wasiat yang ia
berikan kepada pembantunya agar ia dikafankan
semacam itu. Ia juga berwasiat agar ia
dimakamkan di Baitul Muqdis.

Tidaklah benar sekali jika perkataan “aku tidak
menyembah-Mu lantaran mengharap surga-Mu
dan takut atas neraka-Mu, melainkan hanya
karena kecintaanku kepada-Mu ”, berasal dari
perkataan Rabi’ah Adawiyah. Dan sangat tidak
benar sekali pula, jika tasawuf Rabi’ah Adawiyah
identik dengan nilai-nilai yang dianggap sesat
dalam dunia sufi. Semisal, kerinduan terhadap
Alloh, Fana ’ (peleburan diri seorang hamba
dengan Robbnya), persaksian langsung terhadap
Alloh, dan lain sebagainya...semoga mampu mengambil ibroh darinya...aamiin

No comments:

Post a Comment