Begitu banyak pelajaran berharga yang akan
kita petik jika mau membuka hati, bersedia
menjadi pendengar yang baik, serta tidak
buru-buru tersinggung atas nasihat orang lain.
Sesungguhnya kita ini bukanlah siapa-siapa,
selain seorang manusia yang cenderung
terjatuh dalam kelalaian serta senantiasa butuh
petunjuk dan bimbingan dari-Nya. Kesempitan
hidup selalu menghadirkan rintihan di hati.
Tiada tempat bergantung serta berharap selain
kepada Allah SWT.
Dalam hal usaha untuk taat pun, seorang
mukmin tidaklah mengandalkan kemampuan
dirinya, malahan rasa keterikatan dan
ketergantungan kepada Allah SWT dalam
setiap keadaan menjadi bagian yang tak
terpisahkan dan senantiasa bersamanya.
Oleh
sebab itu, bagaimanapun diri kita, tak pantas
kiranya perasaan sombong dan merasa lebih
baik dalam banyak kesempatan bergaul dan
berinteraksi antara sesama manusia lebih
dominan menghiasi kehidupan kita.Bukalah diri
dan hati untuk masuknya peluang koreksi dan
kritik orang lain atas banyak kekurangan-
kekurangan yang terdapat pada diri kita.
Karena terkadang diri kita sendiri tak mampu
melihat dan merasakannya.
Pernah suatu
waktu saya tertegun dan seolah tak mampu
berkata apapun, ketika seorang teman dengan
lepasnya berkata “sekiranya seseorang itu
menikmati lezatnya beribadah kepada Allah
SWT melebihi lezatnya ia mengerjakan apa
yang menjadi kesukaan dan kesenangan
dunianya ”.
Sungguh, meski hanya beberapa kalimat yang
terlontar, namun begitu terasa dalam dan
bermakna. Kita, manusia, yang setiap hari
senantiasa berkutat dengan hobi dan
kesenangan, tidak pernah lupa dan lelah untuk
mengerjakan apa yang menjadi hobi dan
kesenangan kita, terkadang hanya menyisakan
sedikit waktu dalam kelelahan ketika beribadah
kepada-Nya.
Jangankan kelezatan yang hadir,
dalam banyak ibadah wajib saja terkadang
bagaikan memikul beban berat dipundak yang
sesegera mungkin ingin dilepaskan.
Terkadang kita sanggup berjam-jam dengan
konsentrasi penuh dan terjaga ketika berada di
depan komputer, namun untuk sekedar lima
hingga sepuluh menit untuk sholat dan
bermunajat kepada-Nya, rasa khusyu ’ kita
senantiasa buyar, pikiran melayang entah
kemana dan hanya tampak bagaikan pohon
yang berdiri kokoh dengan daunnya yang
lebat namun tak mampu menghasilkan buah
yang dapat dinikmati.
Semua hanya tinggal ritual ibadah yang mulai
kehilangan makna, tampak ada, namun tidak
membekas pada hati dan diri serta tidak
berwujud kebaikan bagi pelakunya maupun
orang lain. Naudzubillahi mindzalik.
Semoga Allah SWT menganugerahkan kepada
diri kita kelezatan dan keutamaan dalam setiap
amal ibadah yang kita kerjakan dan
persembahkan untuk-Nya, jauh melebihi
kelezatan sesaat yang kita rasakan tatkala
mengerjakan apa yang menjadi kesenangan
dunia kita.
Ya Allah…
Bantulah kami memperbaiki dzikir kami
kepada-Mu, syukur kami kepada-Mu, serta
memperbagus amal ibadah kami kepada-Mu…aamiin
Sumber ;Forum Silaturahìm dan diskusi kehidupan dalam pandangan Islam
No comments:
Post a Comment