Friday, December 17, 2010

SAYYIDUL ISTìGHFAR

Sayyidul Istighfar (Penghulu
Istighfar)
Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam
merupakan teladan bagi orang-orang beriman
dalam segala hal. Beliau teladan dalam hal
dzikrullah (mengingat Allah). Sehingga suatu
ketika Ummul Mukminin, Aisyah
radhiyallahu ’anha pernah memberi kesaksian.
ْنَع َةَشِئاَع ْتَلاَق
َناَك ُّيِبَّنلا ىَّلَص
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
يَذْكُرُ اللَّهَ ىَلَع
كُلِّ ِهِناَيْحَأ
Aisyah radhiyallahu ’anha berkata: ”Nabi shollallahu
’alaih wa sallam senantiasa mengingat Allah
dalam setiap keadaan.” (HR Bukhary 558)
Lalu dalam hadits yang lain
putera Umar bin Khattab radhiyallahu’anhuma
bersaksi bahwa beliau benar-benar menghitung
dalam satu kali duduk dalam suatu majelis Nabi
Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam tidak
kurang dari seratus kali memohon ampun dan
bertaubat kepada Allah.
Ibnu Umar radhiyallahu’anhuma berkata:
“Sesungguhnya kami benar-benar menghitung
dzikir Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam dalam
satu kali majelis (pertemuan), beliau
mengucapkan 100 kali (istighfar dalam majelis):
“ Ya Rabb, ampunilah aku, terimalah taubatku,
sesungguhnya Engkau Maha Menerima Taubat
dan Maha Penyayang. ” (HR Abu Dawud 1295)
Kebiasaan Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam
berdzikir mengingat Allah dalam setiap keadaan
serta memohon ampunan Allah menunjukkan
betapa seriusnya beliau dalam upaya menjalin
hubungan dengan Allah Rabbul ‘aalamien. Nabi
shollallahu ’alaih wa sallam tidak ingin melewatkan
sesaatpun tanpa mengingat Allah dan memohon
ampunanNya. Nabi shollallahu ’alaih wa sallam
ingin menunjukkan kepada para pengikutnya
bahwa seorang yang mengaku beriman sudah
sepatutnya memperbanyak mengingat Allah.
Sebab semakin sering mengingat Allah berarti
akan semakin tenteram hati seseorang.
َنيِذَّلا اوُنَمَآ
وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ
بِذِكْرِ اللَّهِ اَلَأ
بِذِكْرِ ِهَّللا
ُّنِئَمْطَت ُبوُلُقْلا
”( yaitu) orang-orang yang beriman dan hati
mereka menjadi tenteram dengan mengingat
Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingai Allah-lah
hati menjadi tenteram. ” (QS Ar-Ra’du ayat 28)
Ketenteraman Nabi shollallahu ’alaih wa sallam
dan orang-orang beriman muncul ketika sedang
mengingat Allah. Dan Allah menyuruh orang-
orang beriman untuk mengingat Allah sebanyak
mungkin. Tidak seperti orang-orang munafik
yang tidak mengingat Allah kecuali sedikit sekali.
Mereka tidak merasa perlu untuk sering apalagi
banyak mengingat Allah.
Mereka mengerjakan
sholat dengan kemalasan dan dengan niyat untuk
dilihat dan dipuji manusia. Pada hakikatnya
orang-orang munafik kalaupun mengingat Allah,
maka mereka hanya dzikir dengan jumlah yang
sangat sedikit dan tidak berarti.
اَي اَهُّيَأ الَّذِينَ
اوُنَمَآ اوُرُكْذا اللَّهَ
اًرْكِذ ًريِثَك
” Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah
(dengan menyebut nama) Allah, zikir yang
sebanyak-banyaknya. ” (QS Al-Ahzab ayat 41)
َّنِإ َنيِقِفاَنُمْلا
َنوُعِداَخُي َهَّللا َوُهَو
ْمُهُعِداَخ اَذِإَو اوُماَق
ىَلِإ
الصَّلَاةِ اوُماَق
ىَلاَسُك يُرَاءُونَ
النَّاسَ اَلَو يَذْكُرُونَ
اللَّهَ اَّلِإ اًليِلَق
” Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu
Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka.
Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka
berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya
(dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah
mereka mengingat Allah kecuali sedikit
sekali. ” (QS AN-Nisa ayat 142)
Lalu Nabi shollallahu ’alaih wa sallam merupakan
hamba Allah yang gemar memohon ampunan
Allah dan bertaubat kepadaNya. Nabi shollallahu
’ alaih wa sallam ingin mendidik ummatnya agar
selalu menghayati bahwa manusia selalu dalam
keadaan banyak berbuat dosa. Sehingga manusia
selalu membutuhkan ampunan Allah. Manusia
selalu dalam keadaan cenderung menyimpang
dari jalan yang lurus.
Sehingga manusia perlu
untuk selalu bertaubat (kembali) kepada Allah dan
jalan Allah.
Maka Rasulullah shollallahu
’ alaih wa sallam mengajarkan suatu lafal doa yang
disebut Sayyidul Istighfar (Penghulu Istighfar).
Nabi shollallahu ’alaih wa sallam memotivasi
orang-orang beriman melalui lafal doa Sayyidul
Istighfar. Barangsiapa yang setiap hari
membiasakan dirinya membaca doa tersebut
dengan penuh keyakinan, maka Nabi shollallahu
’ alaih wa sallam menjamin pelakunya sebagai
penghuni surga di akhirat kelak.
Nabi shollallahu ’alaih wa sallam bersabda:
“Penghulu Istighfar ialah kamu berkata:
“Allahumma anta rabbi laa ilaha illa anta
kholaqtani wa ana ‘abduka wa ana ‘ala ‘ahdika wa
wa’dika mastatho’tu a’udzubika min syarri ma
shona’tu abu-u laka bini’matika ‘alaiyya wa abu-u
bidzanbi faghfirli fa innahu laa yaghfirudz-
dzunuuba illa anta (Ya Allah, Engkau adalah
Rabbku. Tiada ilaha selain Engkau. Engkau telah
menciptakan aku, dan aku adalah hambaMu dan
aku selalu berusaha menepati ikrar dan janjiku
kepadaMu dengan segenap kekuatan yang aku
miliki. Aku berlindung kepadaMu dari keburukan
perbuatanku. Aku mengakui betapa besar nikmat-
nikmatMu yang tercurah kepadaku; dan aku tahu
dan sadar betapa banyak dosa yang telah aku
lakukan. Karenanya, ampunilah aku. Tidak ada
yang dapat mengampuni dosa selain Engkau). ”
Barangsiapa yang membaca doa ini di sore hari
dan dia betul-betul meyakini ucapannya, lalu dia
meninggal dunia pada malam harinya, maka dia
termasuk penghuni surga.
Barangsiapa yang
membaca doa ini di pagi hari dan dia betul-betul
meyakini ucapannya, lalu dia meninggal dunia
pada siang harinya, maka dia termasuk penghuni
surga. ” (HR Bukhary 5831)
Ya Allah, jadikanlah kami hamba-hambaMu yang
gemar mengingatMu, gemar memohon
ampunanMu dan gemar bertaubat (kembali) ke
jalanMu.
Amin ya Rabb.-

No comments:

Post a Comment